Featured Post

Sekarang, Anda Dapat Mengenal Jenis-Jenis Bau dan Aroma dengan Virtual Reality, Loh


VR edukasi telah beberapa kali unjuk gigi dalam memudahkan siswa selama belajar. Namun, bukan itu saja loh bentuk edukasi yang ditawarkan virtual reality. Tahukah Anda bahwa kini VR mampu membuat penggunanya mencium bau?

Beberapa orang sangat suka mencium wewangian alami. Misalnya, bau tanah setelah hujan, wangi rumput yang baru dipangkas, atau sekadar wewangian dari pohon-pohon di hutan. Kini, bisakah Anda bayangkan berada di ruangan dalam rumah tapi mampu mencium bau-bauan dan aroma tersebut hanya dengan headset VR?

Indera penciuman manusia mampu membedakan lebih dari 1 triliun jenis bau yang berbeda, menurut ilmuwan Rockefeller University. Fakta ini sebetulnya bisa dimanfaatkan oleh para pengembang AR dan VR edukasi untuk melengkapi realitas maya sehingga lebih immersive. Caranya tentu saja bukan dengan menulis kode yang mencampur 3-4 aroma dasar untuk mendeskripsikan aroma kue, misalnya. Dengan kata lain, tak ada aroma yang bisa didigitalkan.

Namun, teknologi seputar aroma mulai merebak. Contoh, bioskop dan taman hiburan Disneyland menggunakan proyektor aroma untuk membangkitkan perasa yang mungkin saja tak kentara. Bagi filmmaker dan perancang taman hiburan, aroma merupakan alat untuk mendukung storytelling, sama seperti 3D atau audio.

Kendati demikian, teknologi aroma yang dibangun tempat seluas taman hiburan tak bisa diterapkan ke pengalaman AR/VR begitu saja.

AR/VR merupakan pengalaman individu sehingga harus ada perangkat yang cukup padat untuk disematkan di headset.

Namun baru-baru ini, ada inovasi terbaru untuk membantu penciuman menggunakan teknologi Virtual Reality yang dikembangkan oleh mahasiswa pascasarjana Universitas Maryland.

Inovasi Terbaru untuk Membantu Penciuman Menggunakan VR

Sekumpulan mahasiswa pascasarjana Universitas Maryland melakukan riset inovatif di Human-Computer Interaction Lab (HCIL). Mereka adalah Biswaksen Patnaik dan Andrea Batch yang ingin mengeksplorasi berbagai informasi terkait aroma sebagai pelengkap visual sekumpulan data.

Para mahasiswa tersebut mempresentasikan makalah tentang “penciuman informasi”, istilah yang mereka buat untuk kombinasi penciuman dan visualisasi informasi, di konferensi Berlin. Makalah mendeskripsikan rakitan dua prototipe--satu untuk komputer desktop, satu untuk VR headset--yang mengeluarkan essential oil melalui beberapa diffuser. Mereka juga merancang 3 jenis layout grafik yang berbeda di mana bau dapat membantu dalam menyampaikan data secara visual kepada pengguna.


Salah satu visualisasi jaringan yang dirancang Patnaik dan Batch terdiri atas data set Bitcoin. Setiap node berwarna mewakili rating transaksi rata-rata dari pemegang Bitcoin, yang juga dihubungkan dengan bau tertentu. Node-node ini ditautkan untuk mewakili transaksi antara pengguna. Niklas Elmqvist, profesor bidang informasi yang merupakan direktur HCIL, mengatakan bahwa visualisasi serupa bisa dirakit menggunakan data jejaring sosial, contohnya menggunakan data teman-teman di Facebook. Menurutnya, “Bau sangatlah powerful, tapi tak sekuat gambaran visual. Karena itulah kami menggabung visual dan bau.”

Wewangian Tertentu Membangkitkan Reaksi Emosional untuk Mengingat Peristiwa Tertentu

Kata Batch, literatur ilmiah menunjukkan wangi berkaitan dengan emosional seseorang dengan peristiwa tertentu sehingga mampu membantu mengingat kembali sebuah informasi. Wanita ini berteori bahwa sebuket kombinasi aroma bisa meningkatkan kemampuan seseorang mengingat informasi.

Patnaik menjelaskan maksud dari buket molekul berisi kombinasi aroma seperti ini, “Kalau saya tanya, ‘Seperti apa bau kafe favoritmu?’ Bukanlah wewangian yang spesifik. Bukan bau citrus, bukan bau lavender, melainkan kombinasi bebauan sehingga kita masih bisa mengenalinya.”

Wah, kita tunggu saja kapan pelengkap VR edukasi ini muncul juga di headset virtual reality Indonesia, ya. Simak juga yuk, update baru seputar AR dan VR di SmartEye.

Mungkin Kamu Juga Suka...

Comments