Beberapa minggu yang lalu, saya berniat memperbaiki PC saya di rumah yang rusak dan terabaikan 2 tahun. Ya, 2 tahun terabaikan. Awalnya saya mengira hanya motherboard dan harddisk-nya yang rusak. Ternyata semuanya hampir rusak. Efeknya ya malah seperti beli PC baru, tapi spesifikasi sama dengan sebelumnya.
Nah, dari PC tersebut awalnya saya instal Windows 7 Trial. Eh tidak lama, sudah kemasukan virus. Ampun dah. Akhirnya atas saran istri saya, saya pasangi Linux. Linux yang saya pasang di PC tersebut adalah Elementary OS Freya, turunan dari Ubuntu 16.04 LTS.
Mengapa saya pasangi OS tersebut? Karena memang yang ready di flashdisk lama saya ya memang OS itu.
Tidak lama dari itu, ternyata teman saya yang membarengi saya ke Hi-Tech Mall tempo hari, ternyata PC-nya juga bermasalah. Dan dia berkeinginan untuk mencoba Linux. Karena PC nya berspesifikasi Dual Core dan RAM 2 GB, akhirnya saya sarankan pakai Lubuntu saja.
Kemarin malam, saat mencoba Lubuntu 18.04 (Live Version) ternyata terjadi hal konyol. Saya tidak bisa menemukan software yang fungsinya seperti Ubuntu Software Center. Mungkin karena sudah malam, jadi tidak fokus. Esoknya (hari ini) saya menemukan yang semisal dengan Ubuntu Software Center, namanya
Discover. Ah, kenapa namanya begitu jauh. Jadinya susah ditemukan, kecuali memang harus coba-coba dibuka satu per satu.
Tampilan Discover pun mengingatkan saya seperti punya KDE. Secara fungsi ya 11-12 lah dengan Ubuntu Software Center. Saya pun juga menginstal aplikasi
Visual Studio Code dari Discover ini.
Mungkin kamu bertanya, mengapa sih saya repot-repot cari aplikasi yang semisal Ubuntu Software Center. Tentu saja demi kemudahan. Apalagi untuk teman saya yang baru di dunia Linux, pasti butuh software semacam ini. Jangan sampai yang baru kenal Linux langsung dikenalkan dengan Terminal. Mereka langsung lari.
Saya masih ingat pertama kali kenal Ubuntu dulu, mau instal VLC saja harus pakai Terminal. Hehe. Tapi justru serunya di sana.
Eum, tapi tidak tahu lagi nih kabar temanku bagaimana. Sepertinya dia masih ragu dengan Lubuntu karena ada adapter Wi-Fi yang tidak dikenal di Lubuntu. Sebenarnya sih sudah ada solusinya, cuma ya harus sedikit buka Terminal untuk menginstalnya.
Memakai Linux memang tantangan yang cukup besar bagi orang yang biasa pakai Windows, apalagi dia gamer. Tapi buat orang yang memang menghindari software berbayar dan tidak membajak, ya Linux solusinya. Lagi pula, memakai Linux itu seru (untuk orang yang suka oprek komputer).
saya memilih pakai lubuntu 18.04 LTS, dan langsung jatuh cinta sama performanya. sayangnya di versi yang satu ini gak ada software centernya. terpaksa masang ini-itu pakai synaptic deh. hehe.
ReplyDeletesalam
hahaha...tengil banget...terima kasih gan...saya aja baru tau ini
ReplyDelete