Featured Post

Mengenal WordPress Self-hosted Lebih Mudah

Artikel ini sebenarnya saya buat berdasarkan pertanyaan yang diajukan teman saya, salah satu pengunjung blog ini, yang bertanya melalui e-mail mengenai WordPress Self-hosted.

Sebenarnya jika kamu mencarinya informasi di Google, kamu akan menemukan banyak artikel yang menjelaskan tentang ini. Lantas apa bedanya dengan artikel ini? Saya ingin menjelaskannya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh orang awam, itu saja.

Apa Itu WordPress Self-hosted?

Harusnya secara kaidah yang benar adalah Self-hosted WordPress, karena sifat lebih dulu disebut sebelum yang disifati. Hanya saja karena diserap dengan serampangan, akhirnya lebih banyak disebut dengan WordPress Self-hosted. Selanjutnya, kita sebut dengan WP Self-hosted, untuk mempermudah saya mengetik.

Secara makna, WP Self-hosted adalah membuat website berbasis WordPress dengan hosting milik sendiri (yang dibeli dari orang lain). Memangnya ada yang bukan milik sendiri? Ada.

WordPress adalah Content Management System (CMS) yang bisa diunduh secara gratis dan digunakan untuk website kita. Biasanya orang awam, gampangnya, menyebut WordPress yang bisa diunduh ini dengan sebutan WP.org. Sedangkan, WordPress yang berhosting di WordPress.com dengan subdomain *.wordpress.com disebut dengan WP.com. Itu sih yang biasa aku gunakan jika ngobrol dengan temanku dulu. Kalau sekarang, aku menyebut WP, maksudnya ya WP Self-hosted.

Kug ada WP yang sudah tidak bersubdomain *wordpress.com, tapi berhosting di WP.com? Jelas ada. Karena memang WordPress.com menjual paket domain dan hosting juga. Jadi kamu bisa membelinya di WordPress.com dengan harga yang menurutku relatif murah jika dibandingkan dengan beli domain dan hosting sendiri. Sayangnya, kamu tidak leluasa memasang plugin atau mengotak-atik tema sesuai keinginanmu. Nah, itulah yang membuat saya agak gerah. Karena memang saya suka banget otak-atik tema.

Saya Pengen Bikin WP Self-hosted, Apa Yang Harus Saya Siapkan?

Yang pertama adalah uang. Karena memang untuk membangun blog berbasis WordPress Self-hosted tidaklah gratis. Kamu harus mempunyai domain dan hosting sendiri. Dan untuk punya itu semua, harus bayar.

Jika kamu hobi menulis saja tanpa gambar, hosting dengan storage 300MB-an saya rasa sudah cukup. Namun, jika kamu suka memasukkan gambar dalam tulisanmu, saya sarankan 1GB. Namun, untuk memulai belilah yang kecil dulu, paket 500MB. Untuk masalah domain, sangat beragam harganya. Tergantung Top Level Domain-nya pakai dot apa.

Pengalaman saya dengan uang kurang dari 500 ribu sudah bisa membangun blog dengan WP Self-hosted. Banyak sekali penjual domain dan hosting di dunia ini. Hanya saja, saya lebih suka membeli penjual dari Indonesia. Salah satu pertimbangannya adalah metode pembayarannya gampang, melalui transfer bank. Jika membeli di luar negeri agak susah karena saya tidak punya kartu kredit.

Jika kamu sudah siap semua, selanjutnya adalah memasang WordPress di hosting kamu. Caranya? Googling saja, banyak yang menulis tutorial tentang itu. Kalau masih bingung atau malas menginstal sendiri, bisa minta bantuan saya. Bayarannya? Seikhlasnya saja, hehe. Karena memang menginstal WordPress ini gampang-gampang susah. Waktu pertama kali saya bikin blog WordPress ya susah. Namun, karena keseringan menginstal WordPress, akhirnya hafal.

Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Sekarang sudah ada cara memasang WordPress di tutorial membuat blog dengan Hostinger. Kamu tinggal baca dan ikuti instruksi memasang WordPress di hosting, satu demi satu. Saya rasa artikelnya sudah sangat komplet dan mudah dimengerti kok.

Penjual Domain dan Hosting Pilihan Saya

Setiap orang pasti punya pilihan yang berbeda. Saya biasanya beli domain dan hosting di dua tempat. Pertama, di FCTSolution.net (sekarang ganti jadi divaku.com) karena memang saya kenal dengan yang jual. Penjualnya adalah senior di Lab saya. Kedua, saya beli di IDwebhost.com karena saya pertama kali beli di sana, saya dapat rekomendasi dari teman saya waktu bikin blog bareng.

Pelayanannya bagaimana? Kalau di FCTSolution.net pelayanannya cepat. Kalau ada error, saya tinggal chat di Facebook dengan yang jual. Kalau di IDwebhost.com kadang responnya lama, jadi harus sabar. Tapi ada satu hal yang saya suka dari IDwebhost.com. Apa itu? Harga domainnya relatif lebih murah dari lainnya. Kan lumayan buat saya yang punya banyak domain, bisa hemat sekian persen pengeluaran. Kalau hosting dan satu domain (intikali.org) saya masih menggunakan FCTSolution.net.

Ada Hal Lain Yang Penting?

Ada beberapa hal penting lainnya dengan memilih membangung blog berbasis WordPress di hosting sendiri. Salah satunya adalah masalah storage dan bandwith. Untuk blog yang kebanyakan mengunggah foto di artikelnya, storage menjadi masalah jika membeli paket dengan storage relatif kecil. Tak hanya itu, bandwith juga menjadi masalah ketika blog kamu dikunjungi banyak orang. Jika bandwith habis, maka penyedia layanan hosting akan membuat blog-mu tidak dapat diakses (down).

Selain itu, yang lumayan krusial adalah keamanan. Karena hosting sendiri, maka kamu bertanggung jawab penuh terhadap keamanannya. Usahakan menggunakan installer WordPress terbaru agar tidak mudah di-hack. Selain itu, biasanya blog kebobolan melalui plugin yang terpasang di blog kamu. Hindari memasang plugin dari sumber yang kurang terpercaya. Dari sumber terpercaya pun juga harus hati-hati, karena kadang ada celah untuk di-hack. Usahakan melakukan backup berkala untuk menanggulangi kehilangan data yang fatal.

Berdasarkan pengalaman saya, jangan gunakan username “admin”. Blog WordPress dummie saya pernah kena bobol orang gara-gara saya menggunakan username “admin”. Gunakan username yang lebih variatif.

Dan hal penting lainnya adalah jangan berhenti untuk belajar dan belajar. Mungkin banyak hal baru yang akan kamu hadapi dalam memelihara blog WP Self-hosted. Gunakan Google untuk mencari informasi, itu cara cepatnya. Jika masih belum paham, tanyakan kepada kenalan kamu. Sepertinya sudah cukup panjang saya menjelaskan, jika ada pertanyaan kamu bisa komentar di bawah ini.

Mungkin Kamu Juga Suka...

Comments

  1. Untuk mengurangi beban server dalam mengupload gambar, biasanya saya memakai picasa atau flickr. Jadi saya cuma copy linknya saja. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, beberapa orang emang memilih cara itu
      tapi kalo saya kurang sabar harus buka tab baru buat upload gambar

      Delete
  2. Terima kasih atas penjelasannya, John. Sekarang udah mulai paham. Kalau boleh kusimpulkan, berarti WP self hosted tuh; kita beli domain dan hosting sendiri, dan menggunakan CMS milik Wordpress untuk mengoperasikannya. Bener gitu, ya? (Tolong ralat kalau aku keliru).

    Ternyata agak repot ya, karena tantangannya sangat besar. Gak cuma beli domain dan hosting, tapi juga harus mikir storage, bandwith, dll. Artinya tantangan kita nantinya bukan cuma mikir posting secara konsisten, tapi juga mikir kapasitas storage, kemampuan bandwith, sampai mikir biaya perpanjangan domain dll. Agak ribet ya, John. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, itulah maksud dari WP self-hosted

      iya, emang agak repot
      biaya itu juga yang jadi pikiran
      kan ga selamanya punya duit lebih

      tapi, itu sebanding dari modal yang dianggarkan
      bisa balik modal dengan cepat, jika punya ilmunya :D
      bahkan lebih-lebih hasilnya

      Delete
  3. Untuk self-hosted wordpess, apa poin penting dalam memilih layanan hosting yang sesuai? Misalkan, saya mau membuat website perusahaan dengan perkiraan 300-500 viewer per harinya, dan dengan kebutuhan plugin sekitar 20 plugin (contohnya: multilingual, custom post type, backend editor, download manager, slider, SEO analytical).

    Apakah banyaknya plugin sangat memengaruhi kecepatan akses dari suatu website? Karena saat ini saya host di salah satu layanan hosting, sebut saja MW, dan laporan penggunaan RAM di server selalu tinggi. Akses ke halaman websitenya saja makan waktu lama baru keload spenuhnya.

    Mohon petunjuknya, terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo viewernya segitu saya rasa hosting storage 1 GB cukup meng-cover
      yang bikin pengaruh RAM selalu tinggi adalah karena plugin yang banyak, karena plugin tersebut tentu memroses banyak query di database yang ujung2nya berpengaruh pada penggunaan RAM dan loading halaman
      coba dipangkas, mana yang tidak perlu dinonaktifkan
      kalo hanya sekedar pengunjung (dengan plugin normal) ga sampe butuh RAM tinggi

      Delete
  4. Mungkin mas bisa menambahkan informasi mengenai bandwidth. Mungkin bagi yang baru menggunakan layanan hosting belum tahu kalau bandwidth tiap bulan akan di reset. :)

    Memang saat ini WP menjadi CMS yang paling banyak digunakan, tapi entah kenapa orang Indonesia selalu mengidentikkan Self-Hosted dengan WP. Dari sekian banyak artikel yang saya baca, selalu seperti itu.

    Padahal CMS yang ada juga ndak cuman WP, mungkin gara-gara kepopulerannya jadi seperti itu.

    Hmmm, saya pribadi belum bisa atau mungkin tepatnya belum mengerti bagaimana struktur kode theme wp. Mungkin theme-nya ditulis menggunakan PHP. Alhamdulillah walaupun ndak menggunakan wp, saya tetep bisa ngeblog dengan Self-Hosted. Dan yang penting bagi saya, loading blognya cepet dan desainnya menarik. Hehehehe

    ReplyDelete
  5. idwebhost juga pilihan utama untuk beberapa blog saya

    ReplyDelete
  6. Apakah kalau kita update artikel (dengan gambar dari hosting lain seperti flickr) juga mengurangi storage?

    ReplyDelete
  7. Kenapa aku gak baca ini dulu yah?. XD

    ReplyDelete

Post a Comment